A. PENGERTIAN
Struma
adalah pembesaran kelenjar gondok yang disebabkan oleh penambahan
jaringan kelenjar gondok yang menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah
banyak sehingga menimbulkan keluhan seperti berdebar - debar, keringat,
gemetaran, bicara jadi gagap, mencret, berat badan menurun, mata
membesar, penyakit ini dinamakan hipertiroid (graves’ disease).
Struma
nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara klinik
teraba nodul satu atau lebih tanpa disertai tanda-tanda hypertiroidisme.
Struma
Diffusa toxica adalah salah satu jenis struma yang disebabkan oleh
sekresi hormon-hormon thyroid yang terlalu banyak. Histologik keadaan
ini adalah sebagai suatu hipertrofi dan hyperplasi dari parenkhym
kelenjar.
Struma endemik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang disebabkan oleh asupan mineral yodium yang kurang dalam waktu yang lama.
B. ETIOLOGI
Hyperthyroid
disebabkan oleh hypersekresi dari hormon-hormon thyroid tetapi yang
mempengaruhi adalah faktor : umur, temperatur, iklim yang berubah,
kehamilan, infeksi, kekurangan yodium dan lain-lain.
C. MANIFESTASI KLINIS
Jika
struma cukup besar, akan menekan area trakea yang dapat mengakibatkan
gangguan pada respirasi dan juga esofhagus tertekan sehingga terjadi
gangguan menelan. Peningkatan simaptis seperti ; jantung menjadi
berdebar-debar, gelisah, berkeringat, tidak tahan cuaca dingin, diare,
gemetar, dan kelelahan.
D. ANATOMI
Kelenjar
thyroid terletak di depan trakhea dan di bawah laryng yang terdiri atas
dua lobus yang terletak disebelah dan kiri trakhea dan diikat bersama
oleh secarik jaringan disebut istmus yang melintasi pada cincin tulang
trakhea dua dan tiga.
Struktur thyroid terdiri atas sejumlah besar folikel dilapisi oleh cuboid epitelium membentuk ruang yang disebut koloid yaitu lumen substansi protein.
Regulasi
sekresi hormon tyroid dipengaruhi oleh sistim kerja balik antara
kelenjar hipofisis atau pituitari lobus anterior dan kelenjar thyroid.
Lobus anterior hipofisis mensekresi TSH yang berfungsi meningkatkan
iodine, meningkatkan sintesis dan sekresi hormon thyroid, meningkatkan
ukuran kelenjar thyroid.
Apabila
terjadi penurunan hormon thyroid, hipofisis anterior merangsang
peningkatan sekresi TSH dan mempengaruhi kelenjar thyroid untuk
meningkatkan sekresi hormon thyroid.
a. Thyroxine (T4) berfungsi untuk mempertahankan metabolisme tubuh.
b. Tridothyronin (T3), berfungsi untuk mempercepat metabolisme tubuh.
Fungsi
utama kelenjar thyroid adalah memproduksi hormon tiroxin yang berguna
untuk mengontrol metabolisme sel. Dalam produksinya sangat erat
hubungannya dengan proses sintesa tyroglobulin sebagai matrik hormon,
yodium dari luar, thyroid stimuliting hormon dari hipofise.
D. PATOFISIOLOGI
Iodium
merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan
hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke dalam
sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid. Dalam
kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler
oleh Tiroid Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi molekul
tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk dalam
molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan molekul yoditironin (T3). Tiroksin (T4)
menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari sekresi Tiroid
Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis, sedang
tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif.
Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan
metabolisme tyroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4)
dan melalui rangsangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH
oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar
tyroid.
A. PENGERTIAN
Struma
adalah pembesaran kelenjar gondok yang disebabkan oleh penambahan
jaringan kelenjar gondok yang menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah
banyak sehingga menimbulkan keluhan seperti berdebar - debar, keringat,
gemetaran, bicara jadi gagap, mencret, berat badan menurun, mata
membesar, penyakit ini dinamakan hipertiroid (graves’ disease).
Struma
nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara klinik
teraba nodul satu atau lebih tanpa disertai tanda-tanda hypertiroidisme.
Struma
Diffusa toxica adalah salah satu jenis struma yang disebabkan oleh
sekresi hormon-hormon thyroid yang terlalu banyak. Histologik keadaan
ini adalah sebagai suatu hipertrofi dan hyperplasi dari parenkhym
kelenjar.
Struma endemik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang disebabkan oleh asupan mineral yodium yang kurang dalam waktu yang lama.
B. ETIOLOGI
Hyperthyroid
disebabkan oleh hypersekresi dari hormon-hormon thyroid tetapi yang
mempengaruhi adalah faktor : umur, temperatur, iklim yang berubah,
kehamilan, infeksi, kekurangan yodium dan lain-lain.
C. MANIFESTASI KLINIS
Jika
struma cukup besar, akan menekan area trakea yang dapat mengakibatkan
gangguan pada respirasi dan juga esofhagus tertekan sehingga terjadi
gangguan menelan. Peningkatan simaptis seperti ; jantung menjadi
berdebar-debar, gelisah, berkeringat, tidak tahan cuaca dingin, diare,
gemetar, dan kelelahan.
D. ANATOMI
Kelenjar
thyroid terletak di depan trakhea dan di bawah laryng yang terdiri atas
dua lobus yang terletak disebelah dan kiri trakhea dan diikat bersama
oleh secarik jaringan disebut istmus yang melintasi pada cincin tulang
trakhea dua dan tiga.
Struktur thyroid terdiri atas sejumlah besar folikel dilapisi oleh cuboid epitelium membentuk ruang yang disebut koloid yaitu lumen substansi protein.
Regulasi
sekresi hormon tyroid dipengaruhi oleh sistim kerja balik antara
kelenjar hipofisis atau pituitari lobus anterior dan kelenjar thyroid.
Lobus anterior hipofisis mensekresi TSH yang berfungsi meningkatkan
iodine, meningkatkan sintesis dan sekresi hormon thyroid, meningkatkan
ukuran kelenjar thyroid.
Apabila
terjadi penurunan hormon thyroid, hipofisis anterior merangsang
peningkatan sekresi TSH dan mempengaruhi kelenjar thyroid untuk
meningkatkan sekresi hormon thyroid.
a. Thyroxine (T4) berfungsi untuk mempertahankan metabolisme tubuh.
b. Tridothyronin (T3), berfungsi untuk mempercepat metabolisme tubuh.
Fungsi
utama kelenjar thyroid adalah memproduksi hormon tiroxin yang berguna
untuk mengontrol metabolisme sel. Dalam produksinya sangat erat
hubungannya dengan proses sintesa tyroglobulin sebagai matrik hormon,
yodium dari luar, thyroid stimuliting hormon dari hipofise.
D. PATOFISIOLOGI
Iodium
merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan
hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke dalam
sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid. Dalam
kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler
oleh Tiroid Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi molekul
tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk dalam
molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan molekul yoditironin (T3). Tiroksin (T4)
menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari sekresi Tiroid
Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis, sedang
tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif.
Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan
metabolisme tyroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4)
dan melalui rangsangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH
oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar
tyroid.
A. PENGERTIAN
Struma
adalah pembesaran kelenjar gondok yang disebabkan oleh penambahan
jaringan kelenjar gondok yang menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah
banyak sehingga menimbulkan keluhan seperti berdebar - debar, keringat,
gemetaran, bicara jadi gagap, mencret, berat badan menurun, mata
membesar, penyakit ini dinamakan hipertiroid (graves’ disease).
Struma
nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara klinik
teraba nodul satu atau lebih tanpa disertai tanda-tanda hypertiroidisme.
Struma
Diffusa toxica adalah salah satu jenis struma yang disebabkan oleh
sekresi hormon-hormon thyroid yang terlalu banyak. Histologik keadaan
ini adalah sebagai suatu hipertrofi dan hyperplasi dari parenkhym
kelenjar.
Struma endemik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang disebabkan oleh asupan mineral yodium yang kurang dalam waktu yang lama.
B. ETIOLOGI
Hyperthyroid
disebabkan oleh hypersekresi dari hormon-hormon thyroid tetapi yang
mempengaruhi adalah faktor : umur, temperatur, iklim yang berubah,
kehamilan, infeksi, kekurangan yodium dan lain-lain.
C. MANIFESTASI KLINIS
Jika
struma cukup besar, akan menekan area trakea yang dapat mengakibatkan
gangguan pada respirasi dan juga esofhagus tertekan sehingga terjadi
gangguan menelan. Peningkatan simaptis seperti ; jantung menjadi
berdebar-debar, gelisah, berkeringat, tidak tahan cuaca dingin, diare,
gemetar, dan kelelahan.
D. ANATOMI
Kelenjar
thyroid terletak di depan trakhea dan di bawah laryng yang terdiri atas
dua lobus yang terletak disebelah dan kiri trakhea dan diikat bersama
oleh secarik jaringan disebut istmus yang melintasi pada cincin tulang
trakhea dua dan tiga.
Struktur thyroid terdiri atas sejumlah besar folikel dilapisi oleh cuboid epitelium membentuk ruang yang disebut koloid yaitu lumen substansi protein.
Regulasi
sekresi hormon tyroid dipengaruhi oleh sistim kerja balik antara
kelenjar hipofisis atau pituitari lobus anterior dan kelenjar thyroid.
Lobus anterior hipofisis mensekresi TSH yang berfungsi meningkatkan
iodine, meningkatkan sintesis dan sekresi hormon thyroid, meningkatkan
ukuran kelenjar thyroid.
Apabila
terjadi penurunan hormon thyroid, hipofisis anterior merangsang
peningkatan sekresi TSH dan mempengaruhi kelenjar thyroid untuk
meningkatkan sekresi hormon thyroid.
a. Thyroxine (T4) berfungsi untuk mempertahankan metabolisme tubuh.
b. Tridothyronin (T3), berfungsi untuk mempercepat metabolisme tubuh.
Fungsi
utama kelenjar thyroid adalah memproduksi hormon tiroxin yang berguna
untuk mengontrol metabolisme sel. Dalam produksinya sangat erat
hubungannya dengan proses sintesa tyroglobulin sebagai matrik hormon,
yodium dari luar, thyroid stimuliting hormon dari hipofise.
D. PATOFISIOLOGI
Iodium
merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan
hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke dalam
sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid. Dalam
kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler
oleh Tiroid Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi molekul
tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk dalam
molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan molekul yoditironin (T3). Tiroksin (T4)
menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari sekresi Tiroid
Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis, sedang
tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif.
Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan
metabolisme tyroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4)
dan melalui rangsangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH
oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar
tyroid.
A. PENGERTIAN
Struma
adalah pembesaran kelenjar gondok yang disebabkan oleh penambahan
jaringan kelenjar gondok yang menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah
banyak sehingga menimbulkan keluhan seperti berdebar - debar, keringat,
gemetaran, bicara jadi gagap, mencret, berat badan menurun, mata
membesar, penyakit ini dinamakan hipertiroid (graves’ disease).
Struma
nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara klinik
teraba nodul satu atau lebih tanpa disertai tanda-tanda hypertiroidisme.
Struma
Diffusa toxica adalah salah satu jenis struma yang disebabkan oleh
sekresi hormon-hormon thyroid yang terlalu banyak. Histologik keadaan
ini adalah sebagai suatu hipertrofi dan hyperplasi dari parenkhym
kelenjar.
Struma endemik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang disebabkan oleh asupan mineral yodium yang kurang dalam waktu yang lama.
B. ETIOLOGI
Hyperthyroid
disebabkan oleh hypersekresi dari hormon-hormon thyroid tetapi yang
mempengaruhi adalah faktor : umur, temperatur, iklim yang berubah,
kehamilan, infeksi, kekurangan yodium dan lain-lain.
C. MANIFESTASI KLINIS
Jika
struma cukup besar, akan menekan area trakea yang dapat mengakibatkan
gangguan pada respirasi dan juga esofhagus tertekan sehingga terjadi
gangguan menelan. Peningkatan simaptis seperti ; jantung menjadi
berdebar-debar, gelisah, berkeringat, tidak tahan cuaca dingin, diare,
gemetar, dan kelelahan.
D. ANATOMI
Kelenjar
thyroid terletak di depan trakhea dan di bawah laryng yang terdiri atas
dua lobus yang terletak disebelah dan kiri trakhea dan diikat bersama
oleh secarik jaringan disebut istmus yang melintasi pada cincin tulang
trakhea dua dan tiga.
Struktur thyroid terdiri atas sejumlah besar folikel dilapisi oleh cuboid epitelium membentuk ruang yang disebut koloid yaitu lumen substansi protein.
Regulasi
sekresi hormon tyroid dipengaruhi oleh sistim kerja balik antara
kelenjar hipofisis atau pituitari lobus anterior dan kelenjar thyroid.
Lobus anterior hipofisis mensekresi TSH yang berfungsi meningkatkan
iodine, meningkatkan sintesis dan sekresi hormon thyroid, meningkatkan
ukuran kelenjar thyroid.
Apabila
terjadi penurunan hormon thyroid, hipofisis anterior merangsang
peningkatan sekresi TSH dan mempengaruhi kelenjar thyroid untuk
meningkatkan sekresi hormon thyroid.
a. Thyroxine (T4) berfungsi untuk mempertahankan metabolisme tubuh.
b. Tridothyronin (T3), berfungsi untuk mempercepat metabolisme tubuh.
Fungsi
utama kelenjar thyroid adalah memproduksi hormon tiroxin yang berguna
untuk mengontrol metabolisme sel. Dalam produksinya sangat erat
hubungannya dengan proses sintesa tyroglobulin sebagai matrik hormon,
yodium dari luar, thyroid stimuliting hormon dari hipofise.
D. PATOFISIOLOGI
Iodium
merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan
hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke dalam
sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid. Dalam
kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler
oleh Tiroid Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi molekul
tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk dalam
molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan molekul yoditironin (T3). Tiroksin (T4)
menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari sekresi Tiroid
Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis, sedang
tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif.
Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan
metabolisme tyroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4)
dan melalui rangsangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH
oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar
tyroid.
F. PENATALAKSANAAN
Terapi
struma antara lain dengan penekanan TSH oleh tiroksin, yaitu pengobatan
yang akan mengakibatkan penekanan TSH hipofisis, dan penghambatan
fungsi tiroid disertai atrofi kelenjar tiroid. Pembedahan dapat
dianjurkan untuk struma yang besar untuk menghilangkan gangguan mekanis
dan kosmetis yang diakibatkannya. Pada masyarakat tempat struma timbul
sebagai akibat kekurangan yodium, garam dapur harus diberi tambahan
yodium.
F. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan data
Anamnese
Dari anamnese diperoleh:
1). Identifikasi klien.
2). Keluhan utama klien.
Pada klien post operasi thyroidectomy keluhan yang dirasakan pada umumnya adalah nyeri akibat luka operasi.
3). Riwayat penyakit sekarang
Biasanya
didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher yang semakin membesar
sehingga mengakibatkan terganggunya pernafasan karena penekanan trakhea
eusofagus sehingga perlu dilakukan operasi.
4). Riwayat penyakit dahulu
Perlu
ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit
gondok, misalnya pernah menderita gondok lebih dari satu kali, tetangga
atau penduduk sekitar berpenyakit gondok.
5). Riwayat kesehatan keluarga
Dimaksudkan barangkali ada anggota keluarga yang menderita sama dengan klien saat ini.
6). Riwayat psikososial
Akibat
dari bekas luka operasi akan meninggalkan bekas atau sikatrik sehingga
ada kemungkinan klien merasa malu dengan orang lain.
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Pada
umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya composmentis dengan
tanda-tanda vital yang meliputi tensi, nadi, pernafasan dan suhu yang
berubah.
b. Kepala dan leher
Pada
klien dengan post operasi thyroidectomy biasanya didapatkan adanya luka
operasi yang sudah ditutup dengan kasa steril yang direkatkan dengan
hypafik serta terpasang drain. Drain perlu diobservasi dalam dua sampai
tiga hari.
c. Sistim pernafasan
Biasanya pernafasan lebih sesak akibat dari penumpukan sekret efek dari anestesi, atau karena adanya darah dalam jalan nafas.
d. Sistim Neurologi
Pada
pemeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari nyeri akan didapatkan
ekspresi wajah yang tegang dan gelisah karena menahan sakit.
e. Sistim gastrointestinal
Komplikasi
yang paling sering adalah mual akibat peningkatan asam lambung akibat
anestesi umum, dan pada akhirnya akan hilang sejalan dengan efek
anestesi yang hilang.
f. Aktivitas/istirahat
insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat, atrofi otot.
g. Eliminasi
urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam faeces, diare.
h. Integritas ego
mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik, emosi labil, depresi.
i. Makanan/cairan
kehilangan
berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak,
makannya sering, kehausan, mual dan muntah, pembesaran tyroid.
j. Rasa nyeri/kenyamanan
nyeri orbital, fotofobia.
k. Keamanan
tidak
toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap
iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan), suhu meningkat di atas 37,40C,
diaforesis, kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat
dan lurus, eksoptamus : retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair,
pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial) yang menjadi
sangat parah.
l. Seksualitas
libido menurun, perdarahan sedikit atau tidak sama sekali, impotensi.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan penunjang
- Human thyrologlobulin( untuk keganasan thyroid)
- Kadar T3, T4
Nilai normal T3=0,6-2,0 , T4= 4,6-11
- Darah rutin
- Endo Crinologiie minimal tiga hari berturut turut (BMR) nilai normal antara –10s/d +15
- Kadar calsitoxin (hanya pada pebnderita tg dicurigai carsinoma meduler).
b. Pemeriksaan radiologis
- Dilakukan foto thorak posterior anterior
- Foto polos leher antero posterior dan lateral dengan metode soft tissu technig .
- Esofagogram bila dicurigai adanya infiltrasi ke osofagus.
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Adapun diagnosa yang sering timbul pada penderita post operasi theroidectomy adalah
- Gangguan jalan nafas yang berhubungan dengan obstruksi trakhea secunder terhadap perdarahan, spasme laring yang ditandai dengan sesak nafas, pernafasan cuping hidung sampai dengan sianosis.
- Gangguan komunikasi verbal sehubungan dengan nyeri, kerusakan nervus laringeal yang ditandai dengan klien sulit berbicara dan hilang suara.
- Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan dampak pembedahan, udema otot, terputusnya jaringan syaraf, yang ditandai ekspresi wajah tampak tegang.
- Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan salah interprestasi yang ditandai dengan sering bertanya tentang penyakitnya.
- Potensial terjadinya perdarahan berhubungan dengan terputusnya pembuluh darah sekunder terhadap pembedahan.
H. PERENCANAAN
Rencana tindakan yang dilakukan pada klien post operasi thyroidectomy meliputi
Diagnosa pertama
1.Tujuan:
Jalan nafas klien efektif
2. Kriteria:
Tidak ada sumbatan pada trakhea
3. Rencana tindakan:
- Monitor pernafasan dan kedalaman dan kecepatan nafas.
- Dengarkan suara nafas, barangkali ada ronchi.
- Observasi kemungkinan adanya stridor, sianosis.
- Atur posisi semifowler
- Bantu klien dengan teknik nafas dan batuk efektif.
- Melakukan suction pada trakhea dan mulut.
- Perhatikan klien dalam hal menelan apakah ada kesulitan.
4. Rasional
- Mengetahui perkembangan dari gangguan pernafasan.
- Ronchi bisa sebagai indikasi adanya sumbatan jalan nafas.
- Indikasi adanya sumbatan pada trakhea atau laring.
- Memberikan suasana yang lebih nyaman.
- Memudahkan pengeluaran sekret, memelihara bersihan jalan nafas.dan ventilsassi
- Sekresi yang menumpuk mengurangi lancarnya jalan nafas.
- Mungkin ada indikasi perdarahan sebagai efek samping opersi.
Diagnosa keperawatan kedua
1. Tujuan :
Klien dapat komunikasi secara verbal
2. Kriteria hasil:
Klien dapat mengungkapkan keluhan dengan kata-kata.
3. Rencana tindakan:
- Kaji pembicaraan klien secara periodik
- Lakukan komunikasi dengan singkat dengan jawaban ya/tidak.
- Kunjungi klien sesering mungkin
- Ciptakan lingkungan yang tenang.
4. Rasionalisasi:
- Suara parau dan sakit pada tenggorokan merupakan faktor kedua dari odema jaringan / sebagai efek pembedahan.
- Mengurangi respon bicara yang terlalu banyak.
- Mengurangi kecemasan klien
- Klien dapat mendengar dengan jelas komunikasi antara perawat dan klien.
Diagnosa keperawatan ketiga
1. Tujuan:
Rasa nyeri berkurang
2. Kriteria hasil:
Dapat menyatakan nyeri berkurang, tidak adanya perilaku uyg menunjukkan adanya nyeri.
3. Rencana tindakan
- Atur posisi semi fowler, ganjal kepala /leher dengan bantal kecil
- Kaji respon verbal /non verbal lokasi, intensitas dan lamanya nyeri.
- Intruksikan pada klien agar menggunakan tangan untuk menahan leher pada saat alih posisi .
- Beri makanan /cairan yang halus seperti es krim.
- Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
4. Rasionalisasi
- Mencegah hyperekstensi leher dan melindungi integritas pada jahitan pada luka.
- Mengevaluasi nyeri, menentukan rencana tindakan keefektifan terapi.
- Mengurangi ketegangan otot.
- Makanan yang halus lebih baik bagi klien yang menjalani kesulitan menelan.
- Memutuskan transfusi SSP pada rasa nyeri.
Diagnosa keperawatan keempat
1. Tujuan:
Pengetahuan klien bertambah.
2. Kriteria hasil:
Klien berpartisipasi dalam program keperawatan
3. Rencana tindakan:
- Diskusikan tentang keseimbangan nutrisi.
- Hindari makanan yang banyak mengandung zat goitrogenik misalnya makanan laut, kedelai, Lobak cina dll.
- Konsumsikan makanan tinggi calsium dan vitamin D.
4. Rasionalisasi:
- Mempertahankan daya tahan tubuh klien.
- Kontraindikasi pembedahan kelenjar thyroid.
- Memaksimalkan suplai dan absorbsi kalsium.
Diagnosa keperawatan kelima
1. Tujuan
Perdarahan tidak terjadi.
2. Kriteria hasil
Tidak terdapat adanya tanda-tanda perdarahan.
3. Rencana tindakan:
- Observasi tanda-tanda vital.
- Pada balutan tidak didapatkan tanda-tanda basah karena darah.
- Dari drain tidak terdapat cairan yang berlebih.( > 50 cc).
4. Rasionalisasi:
- Dengan mengetahui perubahan tanda-tanda vital dapat digunakan untuk mengetahui perdarahan secara dini.
- Dengan adanya balutan yang basah berarti adanya perdarahan pada luka operasi.
- Cairan pada drain dapat untuk mengetahui perdarahan luka operasi.
I. EVALUASI
1. teruskan bila masalah masih ada.
2. Revisi/modifikasi bila masalah ada tetapi rencana dirubah
3. Terpecahkan jika masalah berhasil dipecahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar