A.
DEFINISI
1. Kretinisme
adalah suatu kondisi akibat hipotiroidisme ekstrem yang di derita selama
kehidupan janin, bayi, atau kanak-kanak, dan terutama di tandai dengan gagalnya
pertumbuhan tubuh anak tersebut dan retardasi mental (guyton, 2007)
2. Kretinisme
adalah suatu kelainan hormonal pada anak-anak. Ini terjadi akibat kurangnya
hormon tiroid. Penderita kelainan ini mengalami kelambatan dalam perkembangan
fisik maupun mentalnya. Kretinisme dapat diderita sejak lahir atau pada awal
masa kanak-kanak (Adrian, 2011).
3. Kretinisme
yaitu perawakan pendek akibat kurangnya hormon tiroid dalam tubuh (Qeeya,
2010).
Jadi
kesimpulannya menurut kelompok kami, Kretinisme adalah suatu kelainan pada
hormonal pada anak-anak yang mengakibatkan kekurangannya hormon tiroid. Klien
pada kasus ini biasa ditandai dengan kelambatan pertumbuhan fisik dan mental.
B. ETIOLOGI
1. Kretinisme
Endemik
Istilah
kretinisme mula-mula digunakan untuk bayi-bayi yang baru lahir pada
daerah-daerah dengan asupan iodium yang rendah serta goiter endemik. Kretin
endemik merupakan kelainan akibat kekurangan iodium yang berat pada saat masa
fetal dan merupakan indikator klinik yang penting bagi gangguan akibat
kekurangan iodium. Tanda-tanda klinis yang menonjol yaitu adanya retardasi
mental, postur pendek, muka dan tangan tampak sembab dan seringkali tuli
mutisme dan tanda-tanda kelainan neurologis.
Kretin
endemik yang disebabkan kekurangan yodium menyangkut 3 hal yaitu epidimologis,
klinis dan pencegahannya. Secara epidimologis kretin endemik selalu berhubungan
dengan defisiensi yodium yang berat, dan secara klinis gejalanya disertai
dengan defisiensi mental. Defisiensi mental meliputi gejala neurologis yang
terdiri atas gangguan pendengaran dan bicara, gangguan berjalan dan sikap
berdiri yang klinis; gejala yang menyolok lain adalah gangguan pertumbuhan
(cebol) dan hipotiroidisme. Dari sisi pencegahan, kretin endemic dapat dicegah
dengan menggunakan yodium, dan jika hal ini dilakukan dengan adekuat maka
terjadinya kretin endemik ini dapat dicegah.
2. Kretinisme
Kongenital
Kretin
sporadik atau dikenal juga sebagai hipotiroid kongenital berbeda dengan kretin
endemik. Etiologi kretin sporadik bukan karena defisiensi yodium tetapi
kelenjar tiroid janin yang gagal dlam memproduksi hormon tiroid secara cukup
karena berbagai macam sebab.
Penyebab
terjadinya kretin sporadic atau hipotiroid congenital adalah kekurangan hormon
tiroid pada bayi baru lahir oleh karena kelainan pada kelenjar tiroid seperti
tidak adanya kelenjar tiroid (aplasia), kelainan stuktur kelenjar
(diplasia,hipoplasia), lokasi abnormal (kelenjar ektopik) atau ketidakmampuan
mensintesis hormon karena gangguan metabolik kelenjar tiroid (dishormonogenesis).
Kelainan tersebut dapat terjadi di kelenjar tiroid sehingga disebut hipotiroid
kongenital primer, dan jika terjadi di otak (hipofisis atau hipotalamus) maka
disebut hipotiroid sekunder atau tersier. Kekurangan hormon tiroid juga dapat
bersifat sementara (transient) seperti pada keadaan difesiensi yodium, bayi
prematur maupun penggunaan obat antitiroid yang diminum ibu.
C. PATOFISIOLOGI
Kretinisme lebih sering di akibatkan
oleh ketidak mengertian masyarakat akan pentingnya yodium, tetapi gangguan pertumbuhan
kelenjar tiroid secara kongenital juga merupakan faktor penyebab dari
kretinisme. Pada keadaan ini, produksi hormon tiroid seperti triiodotironi (T3)
dan tiroksin (T4) akan menurun sehingga produksi TSH meningkat (seperti yang
kita telah pelajari bahwa TSH di sekresikan untuk memnstimulasi pengeluaran
hormon tiroid dan hormon tiroid di jadikan sebagai faktor penghambat sekresi
TSH jika hormon tiroid sudah dalam batas normal). Selanjutnya TSH merangsang
sel-sel tiroidmenyekresi banyak sekali koloid tiroglobulin ke dalam folikel,
dan kelenjar tumbuh semakin besar. Tetapi oleh arena yodiumnya kurang produksi
T3 dan T4 tidak meningkat dalam molekul tiroglobulin, ukuran folikel menjadi
sangat besar, kelenjar tiroidnya dapat membesar 10-20 kali ukuran normal.
Keadaan ini akan meyebabkan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein dalam tubuh terganggu, pada gangguan metabolisme
karbohidrat sebagai bahan bakar dari selruh sel, baik sel otak maupun sel-sel
tubuh, gangguan metabolisme pada sel otak dapat mengakibatkan penurunan fungsi
otak yang berlanjut kepada penurunan IQ sehingga sukar berkonsentrasi sampai
kehilangan kesadaran karenanya. Pada gangguan metabolisme pada sel tubuh timbul
kelelahan umum maka terjadi tremor mengakibatkan tonus otot.
D. MANIFESTASI
KLINIS
·
defisiensi
mental (IQ rendah)
·
Tubuh sangat
pendek (cebol)
·
lidah membesar
·
pematangan
tulang yang terlambat
·
Wajah lebam
·
Kulit kasar, kering dan
pucat
·
Rambut kepala kasar dan
rapuh
·
Penurunan tonus
otot
A. PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
Pemeriksaan
darah yang mengukur kadar hormon tiroid (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan dapat
mendiagnosis kondisi dan lokasi masalah kelenjar tiroid. Pemeriksaan untuk
mengetahui fungsi tiroid biasanya menunjukkan kadar T4 rendah dan TSH tinggi. Laboratorium : Darah lengkap rutin,
serologic urea dan elektrolit, calcium, fosfatase, T4 dan TSH, GH (growth
Hormone)
A. PENATALAKSANAAN
MEDIS
1.
Garam beryodium. Sesuai Kepres no
69, 13 Oktober 1994,mewajibkan semua garam yang dikonsumsi,baik manusia maupun
hewan ,diperkaya dengan yodium sebanyak 30-80 ppm (Erna, 2004)
Anjuran asupan yodium setiap hari di dalam makanan
a. Dosis 50
µg/hari untuk kisaran usia 0-12 Bulan.
b. Dosis 90
µg/hari untuk kisaran usia 1-6 tahun.
c. Dosis 120
µg/hari untuk kisaran usia 7-12 tahun.
d. Dosis 150
µg/hari untuk kisaran usia 12-Dewasa.
e. Dosis 200
µg/hari untuk kisaran Ibu hamil dan menyusui. (Arisman, 2004).
Kandungan yodium dalam makanan
Tabel Kandungan Yodium Dalam Makanan
Jenis makanan Keadaan segar(µ/gram)
Keadaan kering(µ/gram)
a.
Ikan air tawar 17 – 40 68 -
194
b.
Ikan air laut 163-3180
471-4591
c.
Kerang 308-1300 1292-4987
d.
Daging hewan 27-97 -
e.
Susu 35-56 -
f.
Telur (93) -
g.
Serealia biji 22-72 34-92
h.
Buah 0-29 62-277
i.
Tumbuhan polong 23-36 223-245
j.
Sayuran 12-201 204-1636 (Arisman,
2004)
2.
Suntikan minyak beryodium (Lipiodol)
3.
Kapsul minyak beryodium.
(Arisman,2004).
Secara relatif, hanya makanan laut
yang kaya akan yodium : sekitar 100 μg/100 gr. PencEgahan dilaksanakan melalui
pemberian garam beryodium. Jika garam beryodium tidak tersedia, maka diberikan
kapsul minyak beryodium setiap 3, 6 atau 12 bulan, atau suntikan ke dalam otot
setiap 2 tahun. (Arisman,2004).
Kapsul yodium adalah preparat minyak
beryodium dengan dosis tinggi dan tiap kapsul berisi 200 mg yodium dalam
larutan minyak.
ASUHAN KEPERAWATAN
- Pengkajian
- Riwayat penyakit.
- Riwayat trauma kepala.
- Sejak kapan keluhan dirasakan.
- Kaji adanya keluhan yang terjadi sejak lahir.
- Kaji TTV dasar
- Kaji pertumbuhan klien.
- Keluhan utama klien.
- Pertumbuhan lambat
- Ukuran otot dan tulang kecil
- Tanda- tanda sex sekunder tidak berkembang
- Amati bentuk dan ukuran tubuh, dan juga pertumbuhan rambut.
- Palpasi kulit, pada wanita biasanya terdapat kulit yang kering dan kasar
- Kaji dampak perubahan fisik.
- Faktor Resiko
- Hipotiroid yang berdampak pada kekurangan yodium.
- Kelainan hipofisis, misal adanya tumor.
- Konsumsi obat tertentu tanpa petunjuk tim medis ketika hamil.
- Konsumsi obat tertentu ketika anak berusia kurang dari 2 tahun.
- Autoimun.
- Genetic.
- Gizi buruk.
- GDS yang menurun.
- Gaya hidup bisa juga pada makanan yang tidak terkontrol.
- Pemeriksaan
- Anamnesis
- Pemeriksaan Fisik
- Antropometri (TB, BB, Lingkaran Kepala, Lingkaran dada, panjang lengan, panjang kaki)
- Ukur TB dan BB ayah, ibu dan saudara-saudaranya
- Head to toe
- Pemerisaan neurologis
- Pemeriksaan pendengaran
- Tes IQ menggunakan teori perkembangan Denver
- Pemeriksaan penunjang
- Laboratorium : Darah lengkap rutin, serologic urea dan elektrolit, calcium, fosfatase, T4 dan TSH, GH (growth Hormone)
- Pemeriksaan GDS
- Test HGH
- Rontgen untuk mengetahui:
- Adanya penipisan tulang / kemunduran kematangan sel.
- Pemeriksaan adanya dislokasi sendi.
- Pemeriksaan keadaan jantung, hepar dan ginjal untuk melihat adanya toksik.
- X-Ray :
- Bone Age (umur tulang)
- Tengkorak kepala/ Sella Tursica.
- Bila perlu CT scan (pemeriksaan cranial maupun hipofisis) atau MRI
- Diagnosa Keperawatan
- Gangguan body image b.d perubahan penampilan
- Tujuan:
- KH:
- Perasaan menerima kekurangan diri akan diterima oleh klien.
- Memahami proses penyakit
- Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan sendi dan otot.
- Tujuan :
- klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.
- Kriteria hasil:
- Tidak terjadi kontraktur sendi
- Bertambahnya kekuatan otot
- Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
- Resti cedera b.d kerapuhan tulang, kelemahan otot.
- Tujuan : Resiko cedera dapat berkurang atau bahkan dihindari, seperti nyeri dan spasme.
- Kriteria Hasil:
- Klien dapat mengantisipasi keadaan nyeri yang tiba- tiba datang karena adanya kerapuhan tulang.
- Klien dapat sesegera mungkin melaporkan keadaan nyerinya yang datang tiba- tiba.
- Gangguan eliminasi b.d konstipasi
- Tujuan : gangguan eliminasi tidak terjadi
- Kriteria hasil:
- Pola eliminasi BAB normal.
- Tidak terjadi konstipasi lagi.
- Hipertermi b.d proses infeksi
- Tujuan : suhu tubuh pasien menjadi normal
- Kriteria hasil :
- Suhu tubuh dalam batas normal
- Gangguan wicara b.d disfungsi neiurologis
- Tujuan : Proses komunikasi klien berfungsi secara optimal.
- Kriteria hasil:
- Terciptanya suatu komunikasi yang efektif dimana kebutuhan klien dapat terpenuhi.
- Klien dapat merespon komunikasi dari orang lain.
- Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
- Tujuan : Kebutuhan tubuh akan nutrisi adekuat terpenuhi
- Kriteria hasil :
- Berat badan mengalami peningkatan.
- Tidak adanya mual
- Intervensi:
- Gangguan body image b.d perubahan penampilan
- Dorong klien untuk mengungkapkan rasa takut dan cemasnya menghadapi proses penyakit.
- Rasional: Kondisi ini dapat membantu untuk menyadari keadaan diri sejak dini.
- Berikan support yang sesuai.
- Rasional: Hal ini dapat membantu meningkatkan upaya menerima dirinya dan merasa dirinya dapat diterima orang lain dikalangan sosial.
- Dorong klien untuk mandiri.
- Rasional: Kemandirian membantu meningkatkan harga diri.
- Memodifikasi lingkungan sesuai dengan kondisi klien
- Rasional: Memudahkan aktivitas klien, dan meningkatkan rasa percaya karena diperhatikan.
- Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan sendi dan otot.
- Anjurkan klien menggerakan ekstremitas setiap 2 jam sekali.
- Rasional: Gerakan ekstremitas seacra teratur dan bertahap akan melemaskan sendi dan otot, sehingga jika terjadi dislokasi sendi atau otot akan segera terdeteksi.
- Anjurkan klien untuk banyak makan makanan yang berkalsium tinggi.
- Rasional: Kalsium membantu menguatkan tulang.
- Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit
- Rasional: Mempercepat proses penyembuhan agar ekstremitas dapat kembali pulih.
- Anjurkan agar klien tidak kelelahan dan membatasi aktifitas yang berat.
- Rasional: Kelelahan tulang dan otot akan memicu terjadinya resiko tinggi terkena cedera.
- Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien
- Rasional: Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakkan.
- Resti cedera b.d kerapuhan tulang, kelemahan otot.
- Pantau tanda dan gejala fraktur (vertebral, panggul atau pergelangan tangan)
- Rasional: Gejala fraktur dapa terdeteksi secara dini, sehingga tidak memeperberat nyeri.
- Pantau kifosis dari spina dorsal, ditandai dengan penurunan tinggi badan.
- Rasional: Pertumbuhan TB yang lebih dominan terlihat adalah pada tulang belakang, kaji ada kelainan atau tidak.
- Ajarkan tekhnik nafas distraksi relaksasi secara sederhana.
- Rasional: mengurangi nyeri pada klien apabila tiba- tiba datang nyeri dan spasme otot.
- Kolaborasi pemberian analgetik.
- Rasional: analgetik untuk mengurangi rasa nyeri.
- Gangguan eliminasi b.d konstipasi
- Kaji dan catat frekuensi, warna dan konsistensi feces
- Rasional : Untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan yang terjadi pada eliminasi fekal.
- Auskultasi bising usus
- Rasional : Untuk mengetahui normal atau tidaknya pergerakan usus.
- Anjurkan klien untuk minum banyak dan sering.
- Rasional: Untuk merangsang pengeluaran feces.
- Kolaborasi dalam pemberian terapi pencahar (Laxatif).
- Rasional : Untuk memberi kemudahan dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi.
- Hipertermi b.d proses infeksi
- Pantau tanda-tanda vital
- Rasional : vital sign adalah salah satu pengukuran untuk mengetahui status kesehatan, salah satunya pengukuran suhu untuk mengetahui terjadinya peningkatan suhu tubuh. Bila panas kadang nadi dan respirasi juga mengalami perubahan sehingga perlu diukur.
- Beri dan anjurkan banyak minum.
- Rasional : air merupakan pengatur suhu tubuh, setiap kenaikan suhu tubuh kebutuhan metabolisme akan air juga meningkat dari kebutuhan biasa.
- Beri kompres dengan air hangat pada lipatan paha, ketiak, perut, dan dahi.
- Rasional : pemberian kompres hangat merangsang penurunan panas melalui efek kerja konduksi.
- Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang tipis hindari penggunaan selimut yang tebal.
- Rasional : baju tipis akan mudah menyerap keringat sehingga mengurangi penguapan.
- Kolaborasi pemberian antipiretik
- Rasional : antiperik bekerja untuk menurunkan panas dengan bekerja pada hipotalamus untuk rangsangan penurunan panas.
- Gangguan wicara b.d disfungsi neiurologis
- Berikan metode altrnatif komunikasi , misalnya gambar.
- Rasional: klien akan tertarik dengan gambar yang diberikan, dan akan merangsang komunikasi yang lebih efektif.
- Antisipasi kebutuhan klien saat komunikasi.
- Rasional: klien akan merasa diperhatikan saat kebutuhan komunikasinya terpenuhi.
- Bicara dengan klien dengan bahasa yang mudah dimengerti, dengan jawaban “ya” atau “tidak”
- Rasional: Agar klien memahami dan mengerti terhadap apa yang di tanyakan.
- Anjurkan kepada keluarga klien untuk berkomunikasi setiap saat.
- Rasional: Komunikasi yang teru menerus akan meningkatkan rangsangan kepada klien untuk berkomukasi lagi.
- Hargai kemampuan klien dalam berkomunikasi.
- Rasional: dengan menghargai klien, klien akan merasa diperhatikan dan lebih merasa percaya diri lagi.
- Kolaborasi latihan bicara dengan fisioterapis.
- Rasional: Agar terjadi kesinambungan yang terlatih antara otot mulut dan saraf otak sehingga berjalan dengan baik.
- Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
- Pantau masukan makanan setiap hari.
- Rasional : Mengidentifikasi kekuatan/defisiensi nutrisi.
- Dorong pasien untuk makan diet tinggi kaya nutrien dengan masukan
cairan adekuat. Dorong penggunaan suplemen dan makan sering/lebih
sedikit yang dibagi-bagi selama sehari.
- Rasional : Kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan (untuk menghilangkan produk sisa). Suplemen dapat memainkan peran penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein adekuat.
- Kontrol faktor lingkungan (misalnya bau kuat/tidak sedap atau kebisingan. Hindari terlalu manis, berlemak atau makanan pedas.
- Rasional : Dapat mengidentifikasi respons mual/muntah.
- Dorong penggunaan teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi latihan sedang sebelum makan.
- Rasional : Dapat mencegah awitan atau menurunkan beratnya mual, penurunan anoreksia, dan memungkinkan pasien meningkatkan masukan oral.
- Dorong komunikasi terbuka mengenai masalah anoreksia.
- Rasional : Sering sebagai sumber distress emosi, khususnya untuk orang terdekat yang menginginkan untuk memberi makan pasien dengan sering. Bila pasien menolak, orang terdekat dapat merasakan ditolak/frustasi.
Mbak Arlita, masih inget saya ndak? Rupanya sampean punya blog tentang ibu hamil juga rupanya. Wkwkwk
BalasHapus