A. DEFINISI
Hipotiroid merupakan keadaan
yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan
diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar
hormone tiroid berada dibawah nilai optimal.
Hipotiroidisme (hiposekresi hormone tiroid) adalah status metabolic yang di
akibatkan oleh kekurangan hormone tiroid. Hipotiroidisme kognital dapat
mengakibatkan kretinisme.
Hipotiroid adalah penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid sebagai akibat
kegagalan mekanisme kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan
jaringan tubuh akan hormon-hormon tiroid . (Hotma Rumahorbo S.kep,1999).
Jadi menurut kelompok, hipotiroid adalah ketidakmampuan hipotalamus untuk
merangsang hipofisis anterior untuk menghasilkan TSH sehingga terjadi penurunan
produksi hormon tiroid.
B. ETIOLOGI
Hipotiroid
adalah suatu kondisi yang sangat umum. Diperkirakan bahwa 3% sampai 5% dari
populasi mempunyai beberapa bentuk hipotiroid. Kondisi yang lebih umum terjadi
pada wanita dari pada pria dan kejadian-kejadiannya meningkat sesuai dengan
umur.
Kerusakan tiroid dapat
terjadi karena,
1.
Operasi, Pascaoperasi. Strumektomi dapat parsial
(hemistrumektomi atau lebih kecil), subtotal atau total. Tanpa kelainan lain,
strumektomi parsial jarang menyebabkan hipotiroidisme. Strumektomi subtotal M.
Graves sering menjadi hipotiroidisme dan 40% mengalaminya dalam 10 tahun, baik
karena jumlah jaringan dibuang tetapi juga akibat proses autoimun yang
mendasarinya.
2.
Radiasi, Pemberian RAI (Radioactive iodine) pada
hipertiroidisme menyebabkan lebih dari 40-50% pasien menjadi hipotiroidisme
dalam 10 tahun. Tetapi pemberian RAI pada nodus toksik hanya menyebabkan
hipotiroidisme sebesar <5%. Juga dapat terjadi pada radiasi eksternal di
usia <20 tahun : 52% 20 tahun dan 67% 26 tahun pascaradiasi, namun
tergantung juga dari dosis radiasi.
3.
Tiroiditis autoimun, Disini terjadi inflamasi akibat proses
autoimun, di mana berperan antibodi antitiroid, yaitu antibodi terhadap fraksi
tiroglobulin (antibodi-antitiroglobulin, Atg-Ab). Kerusakan yang luas dapat
menyebabkan hipotiroidisme. Faktor predisposisi meliputi toksin, yodium, hormon
(estrogen meningkatkan respon imun, androgen dan supresi kortikosteroid), stres
mengubah interaksi sistem imun dengan neuroendokrin. Pada kasus
tiroiditis-atrofis gejala klinisnya mencolok. Hipotiroidisme yang terjadi
akibat tiroiditis Hashimoto tidak permanen.
4.
Tiroiditis subakut, (De Quervain) Nyeri di kelenjar/sekitar,
demam, menggigil. Etiologi yaitu virus. Akibat nekrosis jaringan, hormon
merembes masuk sirkulasi dan terjadi tirotoksikosis (bukan hipertiroidisme).
Penyembuhan didahului dengan hipotiroidisme sepintas.
5.
Dishormogenesis, Ada defek pada enzim yang berperan pada
langkah-langkah proses hormogenesis (pembentukan hormon). Keadaan ini
diturunkan, bersifat resesif. Apabila defek berat maka kasus sudah dapat
ditemukan pada skrining hipotiroidisme neonatal, namun pada defek ringan, baru
pada usia lanjut.
Etiologi dari hipotiroidisme dapat digolongkan
menjadi tiga tipe yaitu
1. Hipotiroid primer
Mungkin disebabkan oleh
congenital dari tyroid (kretinism), sintesis hormone yang kurang baik, defisiensi
iodine (prenatal dan postnatal), obat anti tiroid, pembedahan atau terapi
radioaktif untuk hipotiroidisme, penyakit inflamasi kronik seperti penyakit
hasimoto, amylodosis dan sarcoidosis.
2. Hipotiroid sekunder
Hipotiroid sekunder
berkembang ketika adanya stimulasi yang tidak memadai dari kelenjar tiroid
normal, konsekwensinya jumlah tiroid stimulating hormone (TSH) meningkat. Ini
mungkin awal dari suatu mal fungsi dari pituitary atau hipotalamus. Ini dapat
juga disebabkan oleh resistensi perifer terhadap hormone tiroid.
3. Hipotiroid tertier/ pusat
Hipotiroid tertier dapat
berkembang jika hipotalamus gagal untuk memproduksi tiroid releasing hormone
(TRH) dan akibatnya tidak dapat distimulasi pituitary untuk mengeluarkan TSH.
Ini mungkin berhubungan dengan suatu tumor/ lesi destruktif lainnya diarea
hipotalamus.Ada dua bentuk utama dari goiter sederhana yaitu endemic dan
sporadic. Goiter endemic prinsipnya disebabkan oleh nutrisi, defisiensi iodine.
Ini mengalah pada “goiter belt” dengan karakteristik area geografis oleh minyak
dan air yang berkurang dan iodine.
Sporadik goiter tidak
menyempit ke area geografik lain. Biasanya disebabkan oleh:
·
Kelainan
genetic yang dihasilkan karena metabolisme iodine yang salah .
·
Ingesti
dari jumlah besar nutrisi goiterogen ( agen produksi goiter yang menghambat
produksi T4 ) seperti kobis, kacang, kedelai , buah persik, bayam, kacang
polong, Strowbery, dan lobak. Semuanya mengandung goitogenik glikosida.
·
Ingesti
dari obat goitrogen seperti thioureas ( Propylthiracil ) thocarbomen, (
Aminothiazole, tolbutamid ).
C. PATOFISIOLOGI
Kelenjar tiroid
membutuhkan iodine untuk sintesis dan mensekresi hormone tiroid. Jika diet
seseorang kurang mengandung iodine atau jika produksi dari hormone tiroid
tertekan untuk alasan yang lain, tiroid akan membesar sebagai usaha untuk
kompensasi dari kekurangan hormone. Pada keadaan seperti ini, goiter merupakan
adaptasi penting pada suatu defisiensi hormone tiroid. Pembesaran dari kelenjar
terjadi sebagai respon untuk meningkatkan respon sekresi pituitary dari TSH.
TSH menstimulasi tiroid untuk mensekresi T4 lebih banyak, ketika level T4 darah
rendah. Biasanya, kelenjar akan membesar dan itu akan menekan struktur di leher
dan dada menyebabkan gejala respirasi disfagia.
Penurunan tingkatan dari hormone
tiroid mempengaruhi BMR secara lambat dan menyeluruh. Perlambatan ini terjadi
pada seluruh proses tubuh mengarah pada kondisi achlorhydria (penurunan
produksi asam lambung), penurunan traktus gastrointestinal, bradikardi, fungsi
pernafasan menurun, dan suatu penurunan produksi panas tubuh.
Perubahan yang paling
penting menyebabkan penurunan tingkatan hormone tiroid yang mempengaruhi
metabolisme lemak. Ada suatu peningkatan hasil kolesterol dalam serum dan level
trigliserida dan sehingga klien berpotensi mengalami arteriosclerosis dan
penyakit jantung koroner. Akumulasi proteoglikan hidrophilik di rongga
interstitial seperti rongga pleural, cardiac, dan abdominal sebagai tanda dari
mixedema.
Hormon tiroid biasanya
berperan dalam produksi sel darah merah, jadi klien dengan hipotiroidisme
biasanya menunjukkan tanda anemia karena pembentukan eritrosit yang tidak
optimal dengan kemungkinan kekurangan vitamin B12 dan asam folat. (Lukman and
Sorrensons, 1993: 1810; Rumaharbo, H, 1999:)
A. MANIFESTASI
KLINIS
Gejala-gejala
hipotiroid adalah seringkali tidak kelihatan. Mereka tidak spesifik (yang berarti
mereka dapat meniru gejala-gejala dari banyak kondisi-kondisi lain) dan adalah
seringkali dihubungkan pada penuaan. Pasien-pasien dengan hipotiroid ringan
mungkin tidak mempunyai tanda-tanda atau gejala-gejala. Gejala-gejala umumnya
menjadi lebih nyata ketika kondisinya memburuk dan mayoritas dari
keluhan-keluhan ini berhubungan dengan suatu perlambatan metabolisme tubuh.
Gejala-gejala umum sebagai berikut :
·
Kelelahan
·
Depresi
·
Ketidaktoleranan dingin ( hypotermi )
·
Konstipasi
·
Tingkat-tingkat kolesterol yag meningkat
·
Sakit-sakit dan nyeri-nyeri yang samar-samar
Manifestasi
berdasarkan system – system di tubuh :.
·
Sistem
kardiovaskuler
Menurunnya heart rate, kardiak output, menurunnya kebutuhan oksigen otot
jantung, peningkatan resisten vaskuler perifer, hiperkolestrolemia
·
Sistem
Hematologi
Normositik,
normokronik anemia, makrositik anemia (pernicious)
·
Sistem
Pernapasan
Penurunan
jumlah pernapasan, kelemahan otot pernapasan, retensi CO2 pada hasil AGD,
kesulitan bernapas.
·
Sistem Perkemihan
Retensi
cairan, penurunan output urin, menurunnya produksi eritropoitin.
·
Sistem
Gastrointestinal
Menurunnya
peristaltic usus, anorexia, konstipasi, penurunan metabolism protein,
peningkatan serum lipid,
·
Sistem
Integumen
Tidak tahan
dingin, rambut rontok, kuku rapuh.
·
Sistem
Endokrin
Normal atau
pembesaran kelenjar tiroid.
·
Sistem Saraf
Kelemahan,
somenolen,
·
Sistem
Reproduksi
·
Myxedena
Ketika penyakit menjadi lebih berat, mungkin ada bengkak-bengak
disekeliling mata, suatu denyut jantung yang melambat, suatu penurunan
temperatur tubuh, dan gagal jantung. Dalam bentuknya yang amat besar,
hipotiroid yang berat mungkin menjurus pada suatu koma yang mengancam nyawa
(miksedema koma). Pada seorang yang mempunyai hipotiroid yang berat, suatu
miksedema koma cenderung dipicu oleh penyakit-penyakit berat, operasi, stres,
atau luka trauma.
Kondisi ini memerlukan opname (masuk rumah sakit) dan perawatan segera
dengan hormon-hormon tiroid yang diberikan melalui suntikan di diagnosis secara
benar, hipotiroid dapat dengan mudah dan sepenuhnya dirawat dengan penggantian
hormon tiroid. Pada sisi lain, hipotiroid yang tidak dirawat dapat menjurus
pada suatu pembesaran jantung (cardiomyopathy), gagal jantung yang
memburuk, dan suatu akumulasi cairan sekitar paru-paru (pleural effusion).
B. PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
1.
Pemeriksaan T3 dan T4 serum
Jika kadar TSH meningkat, maka T4 menurun
sehingga terjadi hipotiroid.
·
T3 serum(0,6 – 1,85 mg/dl)
·
T4 serum (4,8 – 12,0 mg/dl)
·
TSH (0,4 – 6,0 mg/dl)
2.
Pemeriksaan TSH
Diproduksi kelenjar
hipofise merangsang kelenjar tiroid untuk membuat dan mengeluarkan hormon
tiroid. Saat kadar hormon tiroid menurun, maka TSH akan menurun. Pemeriksaan
TSH menggunakan uji sensitif merupakan scirining awal yang direkomendasikan
saat dicurigai penyakit tiroid. Dengan mengetahui kadar TSH, maka dapat
dibedakan anatara pasien hipotiroid,hipertiroid dan orang normal. Pada dasar
nya TSH nrmal dapat menyingkirkan penyakit tiroid primer. Kadar TSH meningkat sehingga terjadi
hipotiroid.
3.
Pemeriksaan USG dan scan tiroid
Pada pemeriksaan USG
(ultrasonografi)
Dapat menentukan
apakah lesi tersebut kistik ataukah padat. Kebanyakan karsinoma adalah padat, kebanyakan
lesi yang kistik atau campuran adalah jinak. Teknik ultasonografi digunakan
untuk menentukan apakah nodul tiroid, baik yang teraba pada palpasi maupun yang
tidak, merupakan nodul tunggal atau multiple padat atau kistik. Pemeriksaan
ultasonografi ini terbatas nilainya dalam menyingkirkan kemungkinan keganasan
tapi hanya dapat mendeteksi nodul yang berpenampang lebih dari setengah
centimeter.
Kelainan- kelainan yang dapat didiagnosis secar USG ialah:
·
Kista;
kurang lebih bulat, seluruhnya hipoekoik sonolusen, dindingnya tipis.
·
Adenoma/
nodul padat; iso atau hiperekoik, kadang-kadang disertai hal yaitu suatu
lingkaran hipoekoik disekelilingnya.
·
Kemungkinan
karsinoma; nodul padat, biasanya tanpa halo.
·
Tiroditis;
hipoekoik, difus, meliputi seluruh kelenjar.
USG
bermanfaat pada pemeriksaan tiroid untuk:
·
Dapat menentukan jumlah
nodul.
·
Dapat membedakan antara lesi
tiroid padat dan kistik.
·
Dapat mengukur volume dari
nodul tiroid.
·
Dapat mendeteksi adanya
jaringan kanker tiroid residif yang tidak menangkap iodium, yang tidak terlihat
dengan sidik tiroid.
·
Pada kehamilan di mana
pemeriksaan sidik tiroid tidak dapat dilakukan, pemeriksaan USG sangat membantu
mengetahui adanya pembesaran tiroid.
·
Untuk mengetahui lokasi
dengan tepat benjolan tiroid yang akan dilakukan biopsi terarah.
·
Dapat dipakai sebagai
pengamatan lanjut hasil pengobatan.
4.
Pemeriksaan sidik tiroid.
Hasil
pemeriksaan dengan radioisotope adalah teraan ukuran, bentuk lokasi, dan yang
utama ialah fungsi bagian-bagian tiroid. Pada pemeriksaan ini pasien diberi Na
peroral dan setelah 24 jam secara foto grafik ditentukan konsentrasi yadium
radioaktif yang ditangkap oleh tiroid.
Dari hasil sidik tiroid dapat dibedakan 3 bentuk,
yaitu :
1.
Nodul dingin bila penangkapan yodium
nihil atau kurang dibandingkan sekitarnya.Hal ini menunjukkan fungsi yang
rendah.
2.
Nodul panas bila penangkapan yodium
lebih banyak dari pada sekitarnya. Keadaan ini memperlihatkan aktivitas yang
berlebih.
3.
Nodul hangat bila penangkapan yodium
sama dengan sekitarnya. Ini berarti fungsi nodul sama dengan bagian tiroid yang
lain.Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan apakah nodul itu ganas atau jinak.
C.
PENATALAKSANAAN MEDIS
·
Pemberian tiroksin
Biasanya dimulai dalam dosis rendah ( 50µg/hari ). Khususnya
pada pasien yang lebih tua atau pada pasien dengan miksedema berat, dan setelah
beberapa hari atau minggu, sedikit demi sedikit ditingkatkan sampai akhirnya
mencapai dosis pemeliharaan maksimal 150µg/hari. Pada dewasa muda, dosis
pemeliharaan maksimal dapat dimulai secepatnya.
·
Pengukuran kadar TSH
Pada pasien hipotiroidisme primer dapat digunakan untuk
menentukan manfaat terapi pengganti. Kadar ini harus dipertahankan dalam
kisaran normal. Pengobatan yang adekuat pada pasien dengan hipotiroidisme
sekunder sebaiknya dengan mengikuti kadar tiroksin bebas. ( Sylvia A. Price.
2006 : 1225 ).
·
Hindari
penggunaan pemanas eksternal
Karena
alat tersebut akan meningkatkan kebutuhan oksigen dan akan mengarah kepada
kolaps vaskuler
·
Glukosa
konsentrat
Dapat diberikan jika terjadi hiperglikemik
·
Levotiroksin sintetik (Synthroid atau
Levothroid)
Merupakan preparat
terpilih untuk pengobatan hipotiroidisme dan supresi penyakit goiter nontoksik.
Tujuan dari pengobatan ialah
a. Meringankan kelainan dan gejala,
b. Menormalkan metabolism,
c. menormalkan TSH (bukan mensupresi),
d. Membuat T3 dan T4 normal,
e. Menghindari komplikasi dan resiko.
Prinsip dalam melaksanakan substitusi :
f. makin berat hipotiroidisme makin rendah dosis
awal dan makin landai peningkatan dosis;
g. Lansia dengan penyakit jantung, dosis harus
hati-hati.
h. Geriatri dengan angina
pektoris, CHF, gangguan irama, dosis harus hati-hati.
Tiroksin dianjurkan minum pagi hari dalam keadaan perut kosong dan tidak bersama bahan lain yang menggangu serapan usus. Contohnya pada penyakit sindrom malabsorsi, short bowel sindrome, sirosis, obat (sukralfat, alluminium hidroksida, kolestiramin, formula kedele, sulfat, ferosus, kalsium kalbronat dll) ( Aru W. sudoyo:1939).
Tiroksin dianjurkan minum pagi hari dalam keadaan perut kosong dan tidak bersama bahan lain yang menggangu serapan usus. Contohnya pada penyakit sindrom malabsorsi, short bowel sindrome, sirosis, obat (sukralfat, alluminium hidroksida, kolestiramin, formula kedele, sulfat, ferosus, kalsium kalbronat dll) ( Aru W. sudoyo:1939).
·
Idealnya,
pengganti T4 sintetik harus dikonsumsi pada pagi hari, 30 menit sebelum makan.
·
Obat-obat
lain yang mengandung zat besi atau antasid-antasid harus dihindari, karena
mereka mengganggu penyerapan.
·
Terapi
hipotiroid dimonitor pada kira-kira interval-interval enam minggu sampai
stabil.
·
Dengan
periksa darah TSH-nya tujuannya adalah untuk mempertahankan TSH dalam
batas-batas normal.
Terapi sulih hormon, obat pilihannya adalah
sodium levo-thyroxine. Bila fasilitas
untuk mengukur faal tiroid ada, diberikan dosis seperti tabel berikut :
Umur
|
Dosis g/kg BB/hari
|
0-3 bulan
3-6 bulan
6-12 bulan
1-5 tahun
2-12 tahun
> 12 tahun
|
10-15
8-10
6-8
5-6
4-5
2-3
|
D. KOMPLIKASI
·
Karsinoma
Tiroid
Karsinoma Tiroid dapat terjadi akibat terapi tiroidektomi, pemberian obat penekan TSH atau terapi iodium
radioaktif untuk menghancurkan jaringan tiroid. Terapi- terapi tersebut akan
merangsan proliferasi dan hiperplasia sel tiroid. (Long, Barbara.C,2000:261 dan
Hudak and Gallo,1996:479)
·
Gondok
Endemik
Hipotiroid akibat defisiensi iodium dalam
makanan. Ini terjadi karena sel-sel tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik
dalam usaha untuk menyerap semua iodium yang tersisa dalam darah. Kadar HT yang
rendah akan disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik.
·
Gangguan
jantung
Hipertiroid dapat meningkatkan kadar
kolestrol, mengganggu fungsi jantung, pembesaran jantung dan gagal jantung.
·
Peripheral
neuropathy
Merusak saraf perifer, yaitu saraf yang
membawa informasi dari otak dan saraf tulang belakang ke seluruh tubuh.
·
Myxedema
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam
nyawa yang ditandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme
termasuk hipotermi tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan
penurunan kesadaran hingga koma. Dalam keadaan darurat (misalnya koma
miksedema), hormon tiroid bisa diberikan secara intravena.
·
Infertilitas
Kadar hormon tiroid yang terlalu rendah dapat
menyebabkan gangguan pada ovulasi.
·
Gangguan
pertumbuhan dan perkembangan (Kretinisme)
Jika hipotiroidisme yang berat sudah terjadi sewaktu hidup fetal, maka
kita akan mendapatkan penderita yang cebol dan mungkin imbesil. Pada waktu
lahir tidak ditemukan kelainan tetapi pada umur 2-3 bulan sudah bisa timbul
gejala lidah tebal dan jarak antara ke dua mata lebih besar dari biasanya. Pada
waktu ini kulit kasar dan warnanya agak kekuningan. Kepala anak besar, mukanya
bulat dan raut mukanya (ekspresi) seperti orang bodoh sedangkan hidungnya besar
dan pesek, bibirnya tebal, mulutnya selalu terbuka dan juga lidah yang tebal
dikeluarkan. Pertumbuhan tulang juga terlambat. Sedangkan keadaan psikis berbeda-beda
biasanya antara agak cerdik dan sama sekali imbesil. Kematian dapat terjadi
apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi semua gejala dengan segera.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA
GANGGUAN SYSTEM ENDOKRIN HIPOTIROIDISME
3.1
Pengkajian
Dampak penurunan kadar hormon dalam
tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu lakukanlah pengkajian terhadap ha1-ha1
penting yang dapat menggali sebanyak mungkin informasi antara lain :
1.
Anamnesis
Identitas
klien
Meliputi
nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan
diagnosis medis.
Riwayat
Kesehatan
a. Keluhan utama klien
mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh;
§ Sistem pulmonary : Hipovenilasi, efusi
pleura, dipsnea
§ Sistem pencernaan : anoreksia,
opstipasi, distensi abdomen
§ Sistem kardiovaslkuler : Bradikardi,
distrimia, cardiomegali
§ Sistem musculoskeletal : nyeri otot,
kontraksi dan relaksasi otot lambat
§ Sistem neurologik dan Emosi/psikologis :
fungsi intelektual lambat, berbicara lambat dan terbata – bata, gangguan memori
§ Sistem reproduksi : perubahan ovulasi,
anovulasi, dan penurunan libido
§ Metabolik : penurunan metabolism basal,
penurunan suhu tubuh, intoleransi terhadap dingin
b.
Riwayat penyakit saat ini
Riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk
mengetahui jenis kelenjar teroid
yang mengalami atrofi. Perawat harus menanyakan dengan jelas
tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh, atau bertambah
buruk.
c. Riwayat penyakit dahulu
Kaji
riwayat penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan adanya hubungan
atau menjadi predisposisi.
d. Riwayat kesehatan klien dan keluarga.
Sejak kapan
klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit yang sama.
e. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti :
§ Pola makan
§ Pola tidur (klien menghabiskan banyak
waktu untuk tidur).
§ Pola aktivitas.
f. Riwayat Psikososial
Klien sangat
sulit membina hubungan sosial dengan lingkungannya,
mengurung diri. Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin
tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima
komponen konsep diri.
2. Pemeriksaan Fisik
a.
Penampilan
secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema sekitar mata, wajah bulan
dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar. Lidah tampak menebal dan
gerak-gerik klien sangat lamban. Postur tubuh keen dan pendek. Kulit kasar,
tebal dan berisik, dingin dan pucat.
b.
Nadi
lambat dan suhu tubuh menurun
c.
Perbesaran
jantung
d.
Disritmia
dan hipotensi
e.
Parastesia
dan reflek tendon menurun
3. Pemeriksaan
Penunjang
a.
Pemeriksaan
kadar T3 dan T4 serum
b.
Pemeriksaan
TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan TSH
serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat menurun atau normal).
3.2 Diagnosa
Keperawatan
1. Intoleran aktifitas berhubungan dengan
penurunan metabolisme
sekunder terhadap hipotiroidisme
2. Resiko tinggi terhadap konstipasi berhubungan
dengan penurunan peristaltic.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan depresi ventilasi
3.3 Intervensi Keperawatan
No
|
Diagnosa
|
Tujuan
|
Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1
|
Intoleran aktifitas berhubungan dengan penurunan metabolism sekunder
terhadap hipotiroidisme
|
Tolerasi aktivitas membaik.
|
Melaporkan sedikit lelah pada AKS
|
1.Anjurkan aktivitas sesuai tolerasi.
2.Bantu aktivitas perawatan mandiri
ketika pasien berada dalam keadaan lelah.
|
Istirahat membantu menghemat energy.
Memberikan kesempatan pada pasien
berada dalam keadaan lelah
|
2
|
Resiko tinggi terhadap konstipasi berhubungan dengan penurunan
peristaltic
|
Hilang dari konstipasi
|
Melaporkan pasase bentuk feses lunak
|
1.Berikan makanan yang kaya serat.
2.Ajarkan pada pasien tentang jenis –
jenis makanan yang banyak mengandung air.
3.Kolaborasi pemberian obat pencahar dan
enema bila diperlukan.
|
Meningkatkan massa feses dan frekuensi
buang air besar.
Untuk peningkatan asupan cairan kepada
pasien agar feses tidak keras.
Untuk mengencerkan feses.
|
3
|
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
|
Perbaikan dan pola nafas normal
|
Melaporkan dapat bernafas dengan
efektif
|
1.
Pantau
frekuensi, kedalaman, pola pernafasan.
2.
Dorong
pasien untuk nafas dalam dan batuk.
|
Mengidentifikasi hasil pemeriksaan
dasar untuk memantau perubahan
selanjutnya dan mengevaluasi efektivitas intervensi.
Mencegah aktifitas dan meningkatkan
aktifitas yang adekuat.
|
3.4 Implementasi
Diagnosa I : Intoleran aktifitas berhubungan dengan
penurunan metabolism sekunder terhadap
Tindakan :
a.
Menganjurkan aktivitas sesuai tolerasi.
b.
Memberikan Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam
keadaan lelah.
Diagnosa II : Resiko tinggi terhadap konstipasi
berhubungan dengan penurunan peristaltic.
Tindakan :
a.
Berikan
makanan yang kaya serat.
b.
Ajarkan
pada pasien tentang jenis – jenis makanan yang banyak mengandung air.
c. Kolaborasi pemberian obat pencahar dan
enema bila diperlukan.
Diagnosa III : Pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan depresi ventilasi.
Tindakan :
a.
Memantau frekuensi, kedalaman, pola pernafasan.
b.
Mendorong pasien untuk nafas dalam dan batuk.
3.5 Evaluasi
Evaluasi
merupakan tahap akhir dari suatu proses perawatan dan merupakan perbandingan
yang sistematik dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah
ditetapkan dilakukan dengan cara melibatkan pasien dan sesama tenaga kesehatan (Nasrul Effendi,
1995). Evaluasi pada pasien dengan
gangguan system endokrin hipotiroidsme adalah :
1.
Perbaikan
dan pola nafas normal.
2.
Tolerasi aktivitas membaik.
3.
Klien dapat beraktivitas kembali
4.
Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan
ambulasi/aktivitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar